Senin, 01 September 2014

JAJANAN SOSIS JALANAN DI SEKITAR LINGKUNGAN ANAK USIA DINI



 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jajanan merupakan suatu makanan yang sering dikonsumsi oleh anak. Ada berbagai macam jenis jajanan, mulai dari jajanan tradisional sampai jajanan modern. Akan tetapi, yang lebih disukai anak adalah jajanan yang modern.
Jajanan anak sering diabaikan oleh orang tua secara sadar atau tidak sadar, apalagi setelah anak lepas dari pengawasan orang tua. Anak-anak lebih tertarik dengan jajanan yang lebih bervariasi dari segi bentuk dan warnanya seperti jajanan bakso mini, tempura, sosis, dan makanan ringan lainnya. Mereka tidak tahu apakah jajanan tersebut baik untuk tubuh mereka atau tidak.
Banyak orang yang menjual jajanan untuk anak-anak tetapi tidak memperhatikan kualitas dari jajanan yang dijual tersebut. Mereka hanya memikirkan keuntungan saja yang akan dihasilkan. Sebelum anak-anak terlanjur banyak mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat bagi tubuhnya, sebagai orang tua, kita senantiasa lebih memperhatikan dan mengawasi anak-anak kita dalam hal membeli jajanan. Setelah kita lebih memperhatikan jajanan yang dikonsumsi anak, kita akan mendapatkan manfaat bagi tumbuh kembang anak kita.
Semua jajanan tersebut sering penulis lihat di lingkungan sekitar terutama jajanan sosis. Banyak orang berjualan sosis di sekolah-sekolah dan di lingkungan masyarakat. Biasanya penjual dengan membawa sepeda yang di belakangnya diberi gerobak kecil sebagai tempat untuk berjualan. Ada juga yang berjualan dengan pikulan yang dibawa dengan berjalan.
Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah judul ” Jajanan Sosis Jalanan di Sekitar Lingkungan Anak Usia Dini ”.

  1. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang sudah ada, penulis menyusun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Apa itu jajanan sosis jalanan ?
2.      Apa bahaya jajanan sosis jalanan bagi tubuh anak ?
3.      Bagaimana upaya orang tua untuk mencegah anak-anaknya dalam mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat ?

C.    Tujuan Pemilihan Judul
Beberapa alasan yang membuat penulis tertarik memilih ” Jajanan Sosis Jalanan di Sekitar Lingkungan Anak Usia Dini ” sebagai judul dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui arti jajanan sosis jalanan.
2.      Untuk mengetahui bahaya jajanan sosis jalanan bagi tubuh anak.
3.      Untuk mengetahui uapaya orang tua dalam mencegah anak-anaknya mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat.        















BAB II
PEMBAHASAN


  1. Pengertian Jajanan Sosis Jalanan
Sosis adalah suatu makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak hewan, terna dan rempah, serta bahan-bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus yang secara tradisional menggunakan usus hewan, tetapi sekarang sering kali menggunakan bahan sintetis, serta diawetkan dengan suatu cara, misalnya dengan pengasapan. Pembuatan sosis merupakan suatu teknik produksi dan pengawetan makanan yang telah dilakukan sejak sangat lama. Di banyak negara, sosis merupakan topping populer untuk pizza. Sosis terdiri dari bermacam-macam tipe, ada sosis mentah dan juga sosis matang. Di Indonesia terdapat berpuluh-puluh merk sosis, ada yang tipe premium dan ada tipe biasa, tergantung kontain sosisnya. Secara umum dapat dilihat dari harganya.
Jenis Sosis
            Kramlich (1971) membagi sosis menjadi enam kelas. Sementara itu, Forrest et al (1975) membagi sosis menjadi enam kategori berdasarkan metode pembuatan yang digunakan oleh pabrik, yaitu: sosis segar, sosis asap-tidak dimasak, sosis asap-dimasak, sosis masak, sosis fermentasi, dan daging giling masak.  Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam natrium klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta bumbu-bumbu. Sosis segar tidak dima           sak sebelumnya dan biasanya tak diasapi, sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar harus dimasak.  Sosis masak dibuat dari daging yang telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi. Daya simpannya lebih lama daripada sosis segar. Contohnya, frankfurter dan hot dog. Dilihat dari jenis dagingnya, sosis dapat terdiri dari beberapa macam, yaitu sosis sapi, sosis ayam, dan sosis babi. Akhir-akhir ini daging kambing juga telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan sosis. Di Bali, terkenal sosis yang dibungkus dengan casing usus babi. Sosis itu dinamakan urutan.           
Komponen Penyusun
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat.  Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein. Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet. Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada sosis.  Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk membantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan agar produk tidak mudah tengik.   Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering juga ditambahkan isolat protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan karbohidrat sebagai bahan pengisi sosis.
Pengawet dan Pewarna
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan makanan. Nitrit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora Clostiridium botulinum, Clostiridium perfringens, dan Stapylococcus aureus pada daging yang diproses. Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit oksida, yang selanjutnya bakal bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin. Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat membentuk nitrosamin yang bersifat toksik dan karsinogenik. Nitrosodimetilamin hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang bisa memicu penyakit tumor pada beberapa organ tikus percobaan. Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg), kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg). Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura, masing-masing dengan kadar maksimal 300 mg/kg.
Jenis Casing
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan. Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet.  Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar. Keuntungan dari penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.  Saat ini telah dikembangkan poly amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur, tahan terhadap panas, dan dapat dicetak.  
Nilai Gizi
 Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses pengolahannya. Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. Ketentuan mutu sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01–3820-1995) adalah: kadar air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen. Kenyataannya, banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging kurang atau penggunaan bahan tidak sesuai komposisi standar sosis.
Sosis jalanan adalah sosis yang biasa dijual oleh pedagang yang ada di sekitar kita baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Sosis jalanan dijual dengan menggunakan sepeda atau dipikul oleh penjualnya.  Sosis tersebut disajikan dengan cara yang menarik, dibuat seperti bentuk bunga, bentuk spiral, bentuk hewan, dan bentuk-bentuk lain yang menarik. Setelah itu, diberi tusuk sate dan digoreng. Kemudian, dicelup ke dalam saus.
Pembuatan sosis jalanan secara umum sama dengan sosis yang ada di pasaran pada umumnya. Tetapi, kita tidak bisa mengontrol kualitas bahan dan kebersihannya. Karena, harga sosis jalanan relatif murah hanya sekitar 500 rupiah per tusuk. Bumbu yang digunakan pada sosis jalanan menggunakan saus yang tidak dapat dijamin mutu kesehatannya.

  1. Bahaya Jajanan Sosis Jalanan bagi Anak
            Barangkali semua orang tahu sosis adalah makanan yang lezat. Makanan berbentuk bulat panjang dan berwarna merah atau coklat ini terbuat dari daging, bisa daging ayam, sapi, domba,  ikan atau babi. Setelah diolah, daging-daging tersebut kemudian dibungkus dengan bungkus buatan atau usus hewan.    
Sosis digemari banyak orang, karena selain rasanya lezat, makanan ini juga tergolong mudah disajikan. Bahkan, belakangan ada sosis yang bisa langsung disantap tanpa perlu dimasak lagi. Namun, siapa yang menyangka dibalik kelezatan sosis ternyata ada bahaya yang mengancam, yakni kanker usus. Peringatan ini tidak main-main, bahkan para peneliti Inggris berulangkali mengingatkan bahwa mengkonsumsi sosis satu batang per hari dapat meningkatkan resiko kanker usus.       
Peneliti dari World Cancer Research Fund (WCRF) juga menegaskan bahwa 50 gram saja sosis yang dimakan setiap hari dapat meningkat penyakit kanker usus hingga 20 persen. Karena, meski terasa enak ternyata daging sosis mengandung kolesterol dan sodium yang tinggi.         Selain itu, sosis juga mengandung bahan pengawet. Bahan pengawet inilah yang memungkinkan daging sosis dapat tahan berhari-hari. Bahan-bahan berbahaya lain yang terkandung dalam sosis adalah Mononatrium/Monosadium Glutamat (MSG). Zat inilah yang membuat sosis terasa lezat meski tidak menggunakan bumbu tambahan apapun saat disajikan. Seperti diketahui MSG, sangat berbahaya jika dikonsumsi berlebih (lebih 6 mg gram per hari) karena dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan sebagainya.      
Sejak setahun lalu, WCRF telah memperingatkan bahaya mengkonsumsi daging olahan, seperti sosis, ham, hot dog dan pastrami. Daging ini berbahaya karena daging olahan adalah daging yang mengalami proses kimiawi lanjutan. Berbeda dengan daging mentah biasa yang diolah atau dimasak sendiri.
Bukti peningkatan resiko bagi pengkonsumsi daging olahan telah banyak ditemukan. Dan penderita penyakit kanker usus ternyata adalah penikmat setia daging olahan. Belakangan ini sosis dijadikan jajanan bagi anak-anak usia dini. Anak-anak gemar sekali makan sosis, mereka tidak menyadari akan bahaya apa yang mengancam kesehatan mereka.
Jajanan sosis yang ada di sekitar kita biasanya sosis goreng yang ditusuk pakai tusuk sate dengan penampilan yang menarik dan harga yang murah, hanya Rp. 500,- per tusuk. Anak-anak sangat suka sekali dengan sosis jalanan ini. Karena, menurut  mereka rasanya sangat enak. Tetapi, ternyata di balik penampilan yang memikat, harga yang murah dan rasa yang enak itu tersimpan bahaya yang siap menjerat siapa aja.  
Bahan daging yang dipakai itu menurut pengakuan pembuat sosis rumahan didapat dari para pedagang daging dengan harga murah. Karena itu adalah daging-daging sisa yang hampir busuk. Daging lalu dicincang dan digiling di tempat penggilingan daging rumahan yang tempatnya kalau dilihat jauh dari kebersihan. Setelah digiling, diberi pewarna tekstil lalu diberi tambahan bumbu-bumbu seperti garam, merica dan penyedap rasa dengan tidak memakai takaran.  
Keluhan penderita yang biasa mengkonsumsi sosis jalanan ini berupa pusing, mual-mual dan muntah. Ada juga yang kulitnya kemerah-merahan dan gatal. Apabila anak-anak banyak mengkonsumsi jajanan sosis jalanan sejak dini maka akan mempengaruhi kesehatan mereka di masa mendatang.

  1. Upaya Orang Tua untuk mencegah Anak-anak Mengkonsumsi Jajanan yang Tidak Sehat
Sebagai orang tua, hendaknya lebih mengawasi dan memperhatikan jajanan anak-anak, terlebih pada anak yang masih berusia dini. Karena, di masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) bagi anak. Perkembangan anak yang paling cepat juga terjadi pada waktu dini. Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua dalam mencegah anak-anaknya supaya tidak mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat antara lain :
1.      Membiasakan untuk memberi bekal makanan sebelum anak-anak berangkat ke sekolah
Orang tua seharusnya menyempatkan waktu untuk menyiapkan bekal makanan  bagi anak sebelum berangkat sekolah supaya anak tidak jajan di sekolah dan membiasakan anak untuk belajar berhemat menyisakan uang saku untuk ditabung. Orang tua memberikan menu makanan kesukaan anak, mengganti-ganti menu makanan setiap hari, atau membentuk berbagai macam variasi makanan yang unik supaya anak tidak bosan.
2.       Orang tua menasihati anaknya untuk selektif memilih jajanan
Anak diberikan pengertian tentang beberapa jajanan yang harus dihindari dan memberikan penjelasan terhadap bahaya jajanan tersebut misalnya : minuman yang warnanya menarik, makanan yang memakai bahan saus tomat yang tidak terjamin kualitasnya, berbagai macam gorengan yang minyaknya telah berkali-kali dipakai, dll.
3.      Orang tua menjalin kerjasama dengan guru di sekolah
Orang tua sebaiknya menanyakan kepada pihak sekolah tentang kebiasaan anak baik di dalam kelas maupun diluar kelas dan menanyakan tentang jajanan apa saja yang sering dibeli anak. Diharapkan orang tua memberikan saran kepada pihak sekolah untuk mengawasi atau melarang anak membeli jajanan di luar sekolah dengan cara pihak sekolah menyediakan jajanan di dalam sekolah serta memberikan hukuman bagi  anak yang melanggar aturan.
4.      Orang tua mengusulkan kepada pihak sekolah untuk memberikan makanan tambahan
Makanan tambahan yang dimaksud adalah makanan yang dibuat oleh pihak sekolah supaya anak tidak jajan sembarangan. Anggaran dana dikekola oleh pihak sekolah yang bersumber dari pemerintah.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jajanan anak yang berada di sekitar kita cukup meresahkan orang tua karena banyak memakai bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh.
2. Sosis merupakan salah satu jajanan yang banyak digemari anak-anak namun memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
3. Bahan-bahan yang terkandung di dalam sosis jalanan banyak memakai bahan pengawet, pewarna dan penyedap rasa yang berlebihan sehingga dapat merusak mekanisme tumbuh kembang anak usia dini.

B. Saran
1. Orang tua harus lebih mengawasi anak-anaknya dalam mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat.
2. Pihak sekolah juga harus ikut berpartisipasi memperhatikan jajanan anak di sekolah.
3. Anak-anak diharapkan dapat menaati nasihat orang tuanya dan peraturan yang disampaikan di sekolah.












DAFTAR PUSTAKA


http://kisahislam.com/artikel/halal-info/128-hati-hati-makan-sosis.html




2 komentar: