PENGARUH PEMILIHAN TEMA DAN PARTNER DALAM COOPERATIVE PLAY TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU SOSIAL PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI KELURAHAN SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG
Suroningsih
Dra.
Lita Latiana, S.H, M.H
Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas
Negeri Semarang
Indonesia
suraningsih@gmail.com
ABSTRAK
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam beriteraksi
dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemilihan
tema dan partner dalam Cooperative Play
terhadap peningkatan perilaku sosial anak usia 5-6 tahun di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati
kota Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
dengan Quasi eksperimen design bentuk Nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah anak usia 5-6 tahun di kelurahan Sekaran. Sampel penelitian berjumlah 60 anak dengan menggunakan cluster sampling. Teknik
yang digunakan dalam analisis data adalah uji t-test. Hasil penelitian dari nilai uji t kelompok yang tidak diberi perlakuan pemilihan tema terhadap
perilaku sosial sebesar 6,426 lebih kecil dibanding
dengan nilai kelompok yang diberi perlakuan
pemilihan tema terhadap perilaku sosial sebesar
7,447. Sedangkan nilai uji t kelompok yang tidak diberi perlakuan pemilihan
partner terhadap perilaku sosial sebesar 1,211 lebih
kecil disbanding dengan nilai kelompok yang
diberi perlakuan pemilihan partner terhadap perilaku sosial sebesar 2,221. Simpulan penelitian adalah adanya pengaruh yang signifikan pemilihan tema dan partner dalam cooperative play terhadap peningkatan perilaku
sosial anak usia 5-6 tahun.
Kata Kunci: Anak Usia 5-6 Tahun; Partner; Perilaku Sosial; Tema
ABSTRACT
Social behavior
is an activites in
interact with others. The purpose of this research is to know the influence of themes and partner selectedin the Cooperative Play to increase social behavior in children 5-6
years old in Sekaran, Gunungpati
Semarang. The approach used is a quantitative withQuasyexperiment design, Nonequivalent control
group design. The population is children 5-6 years old in Sekaran. The sample is 60 children by using cluster sampling. The technique used in the
data analysis is t-test. The result of
the t-test values treatment group were not given theme
selection on social behavior is 6.426 that smaller than the value of the treatment group were given
themesselection to the social behavior that 7.447.
While the value of the t-test treatment group were
not given the partner choice is 1,211 social behavior that smaller than the value of the
treatment group were given the partner choice that 2,221
social behavior. Thestudy conclusion is there
was significant influence
of themes and partners selection in cooperative play
against increasing of social behaviors
children 5-6 years old.
Keywords:
Children Aged 5-6 Years; Partners; Social Behavior; Themes
Pendahuluan
Anak usia dini adalah anak yang
berusia 0-6 tahun. Anak dalam kurun usia ini mengalami masa-masa keemasan (the
golden age). Anak mudah menyerap dan mengembangkan hal-hal baru yang ia
dapat pada masa ini. Era globalisasi ini, dihadapkan pada tuntutan mampu menghadapi
persaingan bebas yang menuntut manusia-manusia unggul untuk mampu
menghadapinya. Menghadapi masa itu, dibutuhkan generasi-generasi penerus yang tangguh, yang berkepribadian
utuh dan mampu bersosialisasi secara baik.
Kemampuan
berperilaku sosial perlu dimiliki sejak anak masih kecil sebagai suatu fundasi bagi
perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih
luas. Ketidakmampuan anak berperilaku sosial yang diharapkan lingkungannya
dapat berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak terbentuknya kepercayaan
pada diri sendiri dan menarik diri dari lingkungan. Akibatnya anak akan
mengalami hambatan dalam perkembangan selanjutnya. Anak khususnya usia 5-6
tahun pada dasarnya memiliki keinginan yang kuat untuk dapat diterima oleh
kelompoknya.
Bermain sama dengan bekerja pada
orang dewasa, merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak dan merupakan
satu cara yang paling efektif menurunkan stres pada anak, serta penting untuk
mensejahterakan mental dan emosional anak (Champbel & Glaser, 1995 dikutip
oleh Supartini, 2004). Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan
sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih,
1995). UU RI No. 39 Tahun 1999 Pasal 61 menyebutkan bahwa setiap anak
berhak untuk beristirahat dan bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya
demi pengembangan dirinya.
Anak usia lima sampai enam tahun
pada umumnya sudah dapat bermain secara kooperatif (cooperative play)
(Wolfinger, 1994). Parten (1932) menunjukkan
hal itu bahwa bermain berdasarkan karakteristik sosial terbagi menjadi enam
macam di antaranya yaitu cooperative play. Cooperative play
merupakan suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok
dan ada yang memimpin dimulai dari usia prasekolah. Misalnya dalam permainan
drama, permainan konstruktif membangun dengan balok sebuah kota atau melakukan
permainan bersama yang ada unsur kalah menang, bermain di bak pasir atau
bermain bola kaki yang sederhana dan petak umpet.
Tema dalam permainan anak banyak
macamnya. Menurut Keren, dkk. (2005) menyebutkan bahwa tema bermain pada anak laki-laki
lebih cenderung yang agresif, sedangkan pada anak perempuan lebih ke pengasuhan.
Kimber (2010) juga telah
mengembangkan tema bermain pada anak. Tema-tema tersebut meliputi rumah, televisi, petualangan, kehidupan
nyata, dongeng, hewan dan sekolah. Kemudian tema-tema tersebut dibagi menjadi
dua, yaitu tema fantasi dan tema kehidupan nyata. Hasil
penelitian Kimber (2010), menyatakan bahwa tema fantasi lebih signifikan dari
pada tema kehidupan nyata. Hal ini dibuktikan dengan hasil tema fantasi
(gabungan dari tema petualangan, dongeng dan hewan) yang mencapai 60% sedangkan
tema kehidupan nyata (gabungan dari rumah, kehidupan nyata dan sekolah) hanya
mencapai 37%, dengan catatan untuk tema televisi yang 3% dihilangkan.
Pemilihan partner dalam bermain juga
diprediksi mempengaruhi perilaku sosial anak. Ketika anak-anak bermain dengan
partner yang lebih berpengalaman, seperti Ibu, mereka dilengkapi dengan contoh,
stimulus, materi dan kesempatan untuk melakukannya pada tingkat di atas yang
mungkin bisa mereka capai sendiri. Vygotsky (Bjorklund, 2005), jika anak-anak
berbuat secara spontan dan bebas pada “tingkat perkembangan yang sesungguhnya”
di bawah bimbingan orang lain yang lebih berkompeten maka mereka akan meraih
tingkat “perkembangan sosial” yang lebih tinggi. Partisipasi Ibu pada permainan
kooperatif meningkatkan tingkat ekspresi kecakapan sosial dalam permainan
anaknya.
Berdasarkan hasil observasi di
Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, di mana mayoritas
anak-anak bermain dengan berbagai jenis tema dan partner yang berbeda-beda
dalam permainan. Akan tetapi, beberapa anak khususnya anak usia 5-6 tahun masih
kurang dalam hal meningkatkan perilaku sosial. Hal ini terlihat ketika anak
sedang bermain, ada yang masih mementingkan diri sendiri, mereka enggan
meminjamkan mainannya dan mudah marah. Jadi, perilaku-perilaku nonsosial masih
sering muncul di usia tersebut. Padahal Hurlock (1978) menyebutkan bahwa dalam
usia 4 tahun anak sudah berlatih untuk berperilaku sosial seperti bekerja sama.
Anak-anak di lingkungan masyarakat
Sekaran biasanya bermain bersama pada waktu sore hari. Jenis bermain kooperatif
yang anak-anak lakukan banyak sekali, di antaranya ialah bermain kelereng,
bermain pasaran dan bermain menirukan profesi. Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemilihan Tema dan Partner dalam Cooperative Play
terhadap Peningkatan Perilaku Sosial pada Anak Usia 5-6 Tahun di Kelurahan
Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”
Metode
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh pemilihan tema
dan partner terhadap peningkatan perilaku sosial dalam cooperative play. Metode
yang digunakan adalah metode eksperimen Nonequivalent control group design. Jenis
desain eksperimen ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan adanya pretest dan posttest pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, namun tidak dilakukan randomisasi untuk menentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol (Sugiyono, 2009: 116). Hal ini sesuai dengan
penelitian ini, karena dalam menentukan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen tidak dilakukan secara acak. Selain itu, pemberian pretest digunakan
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Variabel
dalam penelitian ini
diidentifikasi
menjadi 2 yaitu: variabel
bebas (independent variable) adalah
pemilihan tema (X1) dan partner (X2) dan variabel terikat (dependent variable) adalah perilaku
sosial (Y).
Populasi
penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati kota Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik probability sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampe (Sugiyono, 2013: 120).
Adapun jenis probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
sampling (are sampling). Teknik area sampling digunakan untuk
menentukan sampel apabila obyek yang akan diteliti atau suatu sumber data
sangat luas. Dalam hal ini adalah anak usia 5-6 tahun di kelurahan Sekaran. Sampel penelitian ini terdiri dari 60 anak
usia 5-6 tahun yang berada di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati kota Semarang. Pembagian
sampelnya adalah 30 anak usia 5-6 tahun dari desa Banaran sebagai kelompok
eksperimen dan 30 anak usia 5-6 tahun dari desa Sekaran sebagai kelompok
kontol.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode observasi terstruktur atau observasi yang telah dirancang
secara sistematis. Observasi ini dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung serta dilakukan
dengan menggunakan pedoman observasi disusun dalam bentuk skala yang dibuat
dalam panduan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya (Sugiyono, 2010: 205). Hal ini diperkuat oleh teori
yang menyatakan bahwa, mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat,
tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam
suatu skala bertingkat (Arikunto, 2010). Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Ada berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk
penelitian, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan skala guttman. Skala
pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban “ya-tidak”. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval atau rasio (dua alternatif). Skala guttman
dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk cheklist. Jawaban dibuat skor
tertinggi 2 dan terendah 1. Jawaban “ya” mempunyai skor 2 dan jawaban “tidak”
mempunyai skor 1 (Sugiyono, 2010). Teknik observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan data-data tentang tema-tema apa yang dipilih oleh
anak ketika bermain cooperative play,
dengan siapa anak memilih partner ketika bermain dan perilaku sosial seperti
apa yang ditunjukkan anak dalam aktivitas bermain.
Uji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji validitas internal yaitu dengan mengkorelasikan skor
tiap item instrumen dalam skor total. Reliabilitas adalah sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.
Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010: 221).
Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua analisis data. Analisis yang
pertama adalah menguji perbedaan kemampuan awal antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen (O1: O2). Pengujiannya menggunakan
T-Test of Related (berpasangan).
Hasil yang diharapkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu O1 dengan O2 (Sugiyono, 2010).
Analisis kedua adalah
menguji hipotesis yang diajukan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ”pengaruh pemilihan tema dan partner dalam cooperative play untuk meningkatkan perilaku sosial anak usia 5-6
tahun”. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah
teknik T-Test untuk dua sampel related,
yang diuji adalah antara O1 dengan O2. Kalau ada
perbedaan di mana O1 > O2, maka pemilihan tema dan
partner untuk meningkatkan perilaku sosial anak usia 5-6 tahun berpengaruh positif
dan apabila O1 < O2, maka berpengaruh negatif.
Hasil dan Pembahasan
Kelurahan Sekaran merupakan salah satu
kelurahan di Kecamatan Gunungpati, kota Semarang. Kelurahan ini memiliki batas
wilayah pada sebelah utara yaitu kelurahan Sukorejo, sebelah selatan berbatasan
dengan kelurahan Patemon, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kalisegoro
dan sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Srondol Kulon.
Sekaran memiliki luas wilayah kurang
lebih 490.718 ha. Terbagi dalam 2 wilayah pembantu kelurahan, 7 desa, 25 RT dan
7 unit RW. Dari beberapa desa tersebut Sekaran dan Banaranlah yang paling luas.
Kedua daerah tersebut menjadi sentral desa dibanding desa lainnya dengan kapasitas
penduduk yang besar jumlahnya. Kelompok kontrol dalam penelitian ini mengambil
desa Sekaran, sedangkan kelompok eksperimennya mengambil desa Banaran.
Pengujian hipotesis yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah uji beda uji t. Sebelum dilakukan uji t, terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dapat dilihat dari nilai Asymp.
Sig. (2-tailed), sedangkan untuk uji homogenitas dapat dilihat
melalui nilai dari levene statistic
Tabel 1. Hasil uji normalitas dan homogenitas
Kelompok
|
Asymp. Sig.
(2-tailed)
|
||
Tema
|
Partner
|
Perilaku
Sosial
|
|
Kontrol
|
0,971
|
0,504
|
0,827
|
Eksperimen
|
0,970
|
0,427
|
0,950
|
Levene Statistic
|
0,634
|
0,751
|
0,725
|
Berdasarkan tabel 1. data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal dan homogen karena hasilnya > 0,05.
Hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah: (1) Ada pengaruh pemilihan
tema dalam Cooperative Play terhadap
peningkatan perilaku sosial anak usia 5-6 tahun; (2) Ada pengaruh pemilihan partner dalam Cooperative Play terhadap peningkatan perilaku
sosial anak usia 5-6 tahun.
Tabel
2.
Hasil uji t test
Kelompok
|
Tema
|
Partner
|
||
Pretest
|
Posttest
|
Pretest
|
Posttest
|
|
Kontrol
|
6,032
|
6,426
|
0,007
|
1,211
|
Eksperimen
|
6,115
|
7,447
|
0,783
|
2,221
|
Berdasarkan tabel 2. Semua hipotesis kerja (Ha) diterima, kecuali dalam
pemilihan partner dari pretest kelompok kontrol. Jadi, Pemilihan tema dalam cooperative
play berpengaruh terhadap peningkatan perilaku sosial. Begitu juga dengan
pemilihan partner dalam cooperative play berpengaruh terhadap
peningkatan perilaku sosial.
Ada tidaknya pengaruh pemilihan tema maupun pemilihan partner dalam
cooperative play dapat dilihat dari hasil skor pemilihan tema maupun pemilihan partner sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan. Tema maupun partner diukur dengan menggunakan skoring. Anak diuji satu persatu
menggunakan bantuan panduan observasi untuk membantu anak dalam penilaian
pernyataan tersebut. Sedangkan Brooks
(2011) mengartikan perilaku sosial sebagai perilaku
sukarela yang memberi manfaat pada orang lain, seperti tindakan menenangkan
seseorang, membantu dan berbagi. Ketika anak bermain kooperatif, anak akan
saling bekerjasama, saling membantu dan berbagi dengan temannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan perilaku sosial, yaitu faktor keluarga, faktor teman sebaya dan faktor
masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Ahmadi (2007: 256),
bahwa pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga turut menentukan
perilakunya terhadap orang lain. Setiap
hari anak akan melihat perilaku dan kebiasaan yang dilakukan oleh keluarganya.
Hal ini tidak menutup kemungkinan anak untuk meniru perilaku yang dilihatnya
tersebut.
Selain itu juga,
sahabat dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap sosialisasi anak
(Hurlock, 1978: 291). Anak dapat memperoleh pengalaman belajar dari
teman-temannya. Apabila kelompok temanya tersebut berperilaku baik, maka anak
akan mencontoh perilaku baik tersebut. Begitu juga, apabila kelompok bermain
anak berperilaku buruk, anak juga akan meniru perilaku buruk tersebut.
Berdasarkan data hasil penelitian
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa pemilihan tema maupun pemilihan partner dalam
cooperative play berpengaruh terhadap peningkatan periaku sosial anak
usia 5-6 tahun. Hal
tersebut juga disebabkan karena pada pemilihan tema maupun pemilihan partner dalam
cooperative play, anak lebih banyak bermain secara berkelompok dan
sering berinteraksi dengan temanya. Selain itu juga, anak-anak lebih menyukai
kegiatan yang beragam dalam bermain dan banyaknya pilihan permainan, sehingga
anak merasa senang yang sesuai dengan dunia anak yaitu dunia bermain.
Penelitian ini mengarah pada hasil penelitian Kimber (2010) yang menggunakan
dua pillihan tema besar yaitu tema kehidupan nyata dan tema fantasi. Kemudian,
masing-masing tema besar dibagi menjadi tiga sub tema, sehingga total pilihan
tema dalam cooperative play berjumlah enam. Sub tema tersebut adalah sub
tema rumah, sub tema kehidupan nyata, sub tema sekolah, sub tema petualangan,
sub tema dongeng dan sub tema hewan.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan pada sub tema
rumah dalam cooperative play antara lain bermain
membuat rumah-rumahan, bermain membentuk struktur keluarga, bermain memerankan
peran keluarga, bermain mengasuh bayi dan bermain boneka. Melalui pemilihan tema dalam permainan tersebut
anak dapat belajar bekerjasama, misalnya membuat bangunan rumah-rumahan dengan
temannya.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan pada sub tema dalam cooperative play kehidupan nyata antara lain bermain pasar-pasaran, bermain
masak-masakan, bermain menjadi polisi, bermain sepedaan dan bermain
dokter-dokteran. Di dalam pemilihan
tema dalam permainan tersebut anak dapat belajar bersikap ramah, misalnya
sebagai penjual harus bersikap ramah kepada semua pembeli yang datang.
Kemudian, untuk kegiatan yang dapat dilakukan pada sub
tema dalam cooperative play sekolah antara lain
bermain menjadi guru, bermain menjadi murid, bermain puzzle, bermain balok dan
bermain kartu baca. Dalam kegiatan
yang ada pada permainan tersebut anak dapat belajar persaingan yang positif,
misalnya ketika lomba bermain puzzle antartim.
Sedangkan untuk kegiatan pada sub tema petualangan dalam cooperative play, seperti bermain betengan, bermain sudamanda, bermain petak umpet,
bermain jamuran, bermain perang-perangan dan bermain ular tangga. Karena kegiatan bermain ini dilakukan secara
berkelompok, maka permainan ini mengajarkan anak untuk berinteraksi dengan
teman, menjalin hubungan baik dengan teman dan belajar saling menghargai.
Selanjutnya kegiatan pada sub tema dongeng dalam cooperative play, misalnya bermain menjadi putri salju, bermain menjadi peri,
bermain bawang merah bawang putih, bermain menjadi timun emas dan bermain
topeng. Pada permainan ini anak dapat
belajar sikap tidak mementingkan diri sendiri, menanamkan simpati dan empati.
Terakhir kegiatan pada sub tema hewan dalam cooperative play, termasuk bermain hewan-hewanan, bermain menirukan suara hewan,
bermain binatang darat dan bermain binatang laut. Kegiatan dalam permainan ini dapat membantu anak untuk belajar kemurahan
hati dan rasa kasih sayang sesama mahkluk hidup.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi
yaitu ketika anak ada keinginan yang besar untuk ikut bergabung dalam suatu
keompok. Hal ini juga ditunjukkan pada saat anak melihat ada sekelompok anak
lain sedang bermain, anak tersebut ingin ikut dalam bermain tersebut. Hal lain
ditunjukkan anak ketika anak melihat perilaku dari orang-orang di sekitanya,
anak akan meniru hal tersebut. Padahal perilaku yang dilihat belum tentu
semuanya perilaku yang baik.
Hal ini sesuai
dengan pendapat Daeng S. (1996: 114) dalam Syaodih (2005), ada empat faktor
yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi menurut, yaitu: (1) Adanya
kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia
dan latar belakang; (2) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul; (3) Adanya
bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang biasanya menjadi “model” bagi
anak; dan (4) Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Adapun pemilihan partner dalam cooperative
play, anak dapat memilih lawan main yang disukai. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa anak-anak juga mengungkapkan pilihan atas
anak-anak yang mereka jadikan teman bermain dan anak-anak yang tidak mereka suka
jadi teman bermain (Seefeldt & Barbara, 2008: 85). Partner yang dapat
dipilih anak antara lain orangtua, saudara, dan teman. Interaksi antara anak
dengan partner dapat ditandai dengan adanya pemberian senyuman, adanya
penawaran dan penerimaan benda, adanya aktivitas partner dalam kegiatan
bermain, adanya timbal balik dari partner, adanya keterlibatan partner dalam
percakapan anak dan seperti partner mau mengikuti ajakan anak serta partner
membantu tugas anak.
Jadi, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan tema maupun pemilihan partner dalam cooperative play
dapat membantu anak untuk bermain berkelompok dan saling berinteraksi. Pemilihan
tema maupun pemilihan partner memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan perilaku
sosial anak usia 5-6 tahun. Karena melalui pemilihan tema maupun pemilihan partner dalam
cooperative play, anak belajar
bekerja sama untuk mencapai tujuan, anak juga terdorong untuk belajar menerapkan pola-pola perilaku sosial seperti
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan
diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan (attachment
behavior).
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh pemilihan tema dalam cooperative
play terhadap peningkatan perilaku sosial pada anak usia 5-6 tahun di
kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati kota Semarang dan ada pengaruh
pemilihan partner dalam cooperative play terhadap peningkatan perilaku
sosial pada anak usia 5-6 tahun di kelurahan Sekaran kecamatan Gunungpati kota
Semarang.
Ucapan Terimakasih
1.
Kedua orangtua yang senantiasa
memberikan do’a supaya diberikan
kelancaran dalam pembuatan
manuskrip.
2. Dra. Lita Latiana, S.H, M.H, yang
telah menuntun dan membimbing dengan sabar serta memberikan pengarahan dalam
penyusunan manuskrip
ini.
3.
Edi Waluyo, M.Pd, sebagai Ketua Jurusan PG PAUD
Unnes.
4.
Drs. Hardjono, M.Pd, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
5.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, sebagai Rektor Universitas
Negeri Semarang.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Brooks,
Jane. 2011. The Process of Parenting.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan
Anak, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Keren,
M., dkk. 2005. Relations Between Parents'
Interactive Style in Dyadic and Triadic Play and Toddlers' Symbolic Capacity. American Journal of Orthopsychiatry. Volume
75, Issue 4: pages
599–607. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16262517 (diakses pada tanggal 12 Oktober
2012).
Kimber, Vivienne. 2010.
What are the key themes in young children’s
imaginative play? How can we use these themes to develop shared spaces to
support young children’s imaginative play? Childrens
Workforce Development Council, http://dera.ioe.ac.uk/2756/1/Microsoft_Word_-_PLR0910043Kimber.pdf
(diakses pada tanggal 02 Februari 2013).
Santrock,
John W. 2011. Masa Perkembangan Anak:
Edisi 11-Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Seefeldt,
Carol & Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Soetjiningsih.
1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
EGC.
Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suyanto,
Slamet. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY.
Syaodih,
Ernawulan. 2005. Bimbingan di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Vandermass-Peler, M. 2002. Cultural variations in parental support of children's
play. In W. J. Lonner, D. L. Dinnel, S. A. Hayes, & D. N. Sattler (Eds.). Online Readings in Psychology
and Culture (Unit 11, Chapter 3), (http://www.wwu.edu/~culture), Center for Cross-Cultural Research, Western
Washington University, Bellingham, Washington USA (diakses pada tanggal 03
Oktober 2012).